| Al-Khwarizmi, Peneliti Angka Nol
Setelah sarjana–sarjana Arab memahami ide–ide bangsa Yunani dan Hindu, mereka mulai mengembangkan cara–cara mereka sendiri. Sumbangan yang sangat berarti untuk aljabar dibuat oleh Muhammad al–Khwarizmi (780 -850 M). Sekitar tahun 830 M, ia menulis tiga buku mengenai matematika. Bukunya yang paling penting berjudul Hisab al–Jabr Wa‘l Muqabalah (perhitungan dengan restorasi dan reduksi). "Restorasi" maksudnya menyederhanakan sebuah rumus dengan menggunakan operasi yang sama di kedua sisinya. ‘’Reduksi’’ berarti mengkombinasikan bagian–bagian yang berbeda dari sebuah rumus untuk kemudian menyederhanakannya. Keduanya merupakan cara-cara yang pokok dalam aljabar sekarang ini. Kenyataannya, pemikiran-pemikiran al-Khwarizmi telah menjadi hal yang berpengaruh dimana kata "aljabar" (al-Jabr) diambil dari judul bukunya.
Pada tahun 830 M Al-Khwarizmi menjelaskan sistem dari angka India, termasuk kegunaan dari nol, tetapi belum digunakan di Barat sampai dengan 400 tahun kemudian. Nol terus-menerus menjadi suatu teka-teki bagi para sarjana pada masa itu. Apakah nol merupakan sebuah bilangan atau hanya digit? Jika tidak masuk dalam kategori keduanya, maka apa artinya dan untuk apa disertakan? Leonardo dari Pisa, atau Fibonacci (1180-1250), dalam bukunya Liber Abaci, menjelaskan hal tersebut. Ia mengatakan bahwa nol dapat digunakan sebagai suatu “place holder” (penentu tempat) yang memisahkan kolom-kolom dalam gambar-gambar. Atau bisa juga mewakili sebuah posisi dalam suatu skala. Dalam skala-skala suhu, nol derajat merupakan suatu hal yang jelas; tidak berarti bahwa "tidak ada suhu".
|